KEKUDUSAN HIDUP
2 SAMUEL 11 (DAUD DAN BATSYEBA)
Daud berdosa dan melakukan kekejian di hadapan Tuhan (ay. 27) ketika dia
membuat suatu konspirasi membunuh Uria secara tidak langsung untuk mendapatkan
Batsyeba menjadi istrinya. Karena hawa nafsu dan keinginannya untuk memiliki
Batsyeba yang sangat elok rupanya namun adalah istri Uria prajuritnya. Dosa
dimulai dari keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah (Yakobus 1:14-15_Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri,
karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi,
ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut). Bisa
kita lihat bahwa intensitas dosa Daud meningkat, mulai dari tidur dengan istri
orang lain (padahal Daud sudah punya sangat banyak istri dan gundik), melakukan
konspirasi untuk membunuh Uria yang adalah prajuritnya yang setia (ay. 8-13), menyeret orang lain (Yoab, kepala
pasukan) untuk berbuat dosa dengan sengaja membuat Uria di barisan terdepan dalam
pertempuran yang paling hebat agar Uria mati (ay. 14). Padahal Eliam ayah
Batsyeba adalah pahlawan Daud yang juga dulunya adalah prajurit yang berjuang
jiwa dan raga bagi Daud, demikian Uria, adalah prajurit yang setia berjuang
jiwa dan raga bagi Daud sang raja, seharusnya Daud hormat akan Eliam dan kasih
akan Uria, namun Daud malah melakukan pengkhianatan terbesar (sin is just don’t
care). Akibat dosa Daud menjadi sangat luas dan lama (2 Samuel 12) : Pedang
tidak akan menyingkir dari keluarganya, malapetaka datang ke dalam keluarganya,
istri-istrinya akan tidur dengan pria lain, dan anak hasil hubungannya dengan
Batsyeba akan mati. Hal tersebut mengingatkan kita akan akibat dosa yang ada
apabila kita melakukan hal yang tidak berkenan di hadapan Allah. Sekilas dari
kondisi di atas kita dapat menyalahkan Daud akan kekejiannya. Pada saat itu
Daud telah berusia 50 tahun (bukan pada usia yang muda lagi) dan seharusnya
sudah settled kehidupan rohaninya, dan kita juga tau bahwa Daud adalah orang
yang berkenan di hadapan Tuhan, trus knapa bisa begitu? Roh memang penurut
tetapi daging lemah (Matius 26:41). Daud sebagai seorang raja yang diberkati
Allah, yang mengalahkan musuh berlaksa-laksa ternyata lemah terhadap wanita,
dan wanita itu adalah istri Uria, perwiranya sendiri. Ketika pria mengingini
tubuh lain di luar tubuh istrinya, itulah bibit dari iblis. Kembali ke kita,
apakah kita lebih baik dari Daud? Apakah kehidupan rohani kita jauh lebih baik
dari Daud? Manusia memiliki kelemahan bahkan yang berkenan di hatiNya. Tuhan
tidak malu membagikan pada kita kelemahan orangNya yang terbesar agar kita
belajar dari kesalahan mereka. Dari
kisah di atas kita belajar bahwa setiap orang punya potensi berdosa, sebaik
apapun pertumbuhan rohaninya, selama masih di dunia, kehidupan rohani itu never
be settled, tidak ada alasan untuk sombong rohani, setiap orang punya potensi
berdosa, senantiasa lah kita berjaga-jaga dan berdoa.
FAKTA
1. Sony Set, penulis dan praktisi media
memperkirakan terjadi peningkatan 10 kali lipat dalam sepuluh tahun sejak
merebaknya kasus film pornografi buatan dalam negeri pada tahun 2001. Ternyata pada tahun 2006
saja, ia berhasil mengumpulkan bukti bahwa jumlahnya telah 50 kali lipat!
(sudah 500 lebih film pornografi amatir dibuat orang Indonesia dalam waktu 5
tahun saja seiring dengan begitu rekahnya zaman internet dan handphone
berkamera, 90% nya dibuat oleh mahasiswa dan pelajar, ada yang SMP!). Kikisan
moral yang hebat!
2. Film pornografi impor sudah lama
berlabuh di negeri kita. Sedikit-sedikit orang kita belajar menirunya.
Kedudukan Negara canggih Amerika Serikat sebagai ‘teladan’ utama pornografi dunia. Teknologi mereka kuasai dan
manfaatkan untuk menggenangi bumi dengan kemesuman yang menjadi candu yang
mematikan. Jadilah Babel modern itu pembuat dan pengekspor film pornografi
nomor satu di jagat dan berhasil membuat bisnis pornografi yang ‘menggurita’di
dunia. Tak heran, Ruth Graham, istri pengkhotbah AS Billy Graham, berseru :
“Jika Allah tidak menghukum Amerika Serikat, Allah harus meminta maaf kepada
Sodom dan Gomora”_alangkah dahsyatnya! Bangsa pendekar HAM itu sedang bersiap
minum cawan murka Allah, karena melanggar HAA (Hak Asasi Allah) yang menuntut
kekudusan manusia.
3. Di tahun 1930-an, Alfred Kinsey, biolog AS,
meminati perilaku seksual manusia lalu membukukan penelitian ‘ilmiah’-nya dalam
Sexual Behavior in the Human Male (1953) dan Sexual Behavior in the Human
Female (1953). Berkat karya ‘ilmiah’ Kinsey dan beberapa peneliti lain,
Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) mencabut homoseksual dari daftar sakit mental
pada tahun 1973 dan menetapkannya sebagai gaya hidup yang sah bagi masyarakat.
Belum lama ini Presiden AS Barrack Obama secara terbuka mendukung pernikahan
sesama jenis di AS.(OMG!!)
4. Di Indonesia, gelombang pornografi
itu juga mendapat jalur di dunia seni-budaya dan mendapat angin dari dunia ilmu
pengetahuan. Taufiq Ismail, sastrawan kawakan,
meraungkan keprihatinannya melihat banyak karya satra terkini mendobrak
pintu dunia pustaka Indonesia bagi hal-hal seksual. Dalam dunia sinema, adegan
ciuman dua aktor Indonesia dalam film
Arisan sebagai ‘simbol legitimasi' keberadaan kaum homoseksual yang mulai berani
menampakkan diri. Juga hal-hal yang tabu dalam bagi industri film dan televisi
tahun 1970-an telah menjadi tayangan wajar di tahun 2000-an. Obrolan tentang
seks dan dialog semi pornografi yang terlarang di masa dulu kini menjadi
santapan sehari-hari dan diperlakukan sebagai kebutuhan komunikasi atas nama
kata unik dan rating. Pergeseran norma dan pandangan terhadap segala hal
tentang seks yang suci diruntuhkan atas nama industri hiburan. Seks berubah
menjadi ‘barang dagangan’ dan berkembang menjadi ‘mainan’. Selamat datang di
era kebebasan.
5. Di ujung timur wilayah Indonesia, di
mana masyarakatnya relatif masih tertinggal dalam banyak hal, namun menurut
informasi, di daerah tersebut banyak didapati penderita HIV/ AIDS dan perilaku
seks bebas bukan merupakan hal yang tabu di sana. Sepertinya dapat kita
simpulkan bahwa, masalah seks dan sisi-sisi yang menurut firman Tuhan
bertentangan dengan kekudusan hidup yang sudah terjadi di mana-mana, mulai dari negara super modern hingga pelosok.
APAKAH SAYA
SEDANG DIDAPATI KUDUS HARI INI?
Mari memeriksa diri dan jujur terhadap
diri sendiri dan terhadap Tuhan Yesus tentunya, tidak ada gunanya kita
mengatakan bahwa kita mempunyai ajaran injil yang baik jika tidak disertai
dengan kehidupan yang kudus, bahkan akan membawa celaan bagi kepercayaan kita.
Selama (kita) mendiami tubuh ini, (kita)
masih jauh dari Tuhan (2 Kor. 5:6). Artinya kita masih darah dan daging,
‘manusia lama’ masih selalu menguntit untuk menguasai kita, sehingga janganlah
kita berlindung secara sembrono di balik jargon-jargon ‘kita umat pemenang’,
‘kita anak Raja’, ‘kita buat Iblis gemetar’ belaka. Sebaliknya kita harus
senantiasa berjaga-jaga dan berdoa, karena roh memang penurut tetapi daging
lemah (Mat 26:41). Sekadar ‘terima Kristus’ saja tidaklah manjur. Kita tidak
bisa berpikir kalau orang sudah terima Kristus, secara otomatis Roh Kudus
sendiri akan membereskan segalanya dalam hidup mereka. Nyatanya ikhtiar (daya
upaya) orang tersebut juga juga dituntut Allah. Kata Paulus kepada orang yang
telah lahir baru : Matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu
percabulan, kenajisan, hawa nafsu,…(Kol 1:5). Kitalah yang disuruh berdisiplin
untuk mematikan percabulan.
Ibrani 12:14 mengingatkan kita :
…kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat
Tuhan. Tentunya firman Tuhan tersebut mendorong kita untuk memeriksa diri
apakah kita kudus? Apakah kita berpikir, merasa, dan berbuat seperti yang kita
tau sebagaimana Kristus akan berpikir, merasa dan berbuat? 1 Yohanes 3 :3 :
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama
seperti Dia (Kristus) yang adalah suci.
Kita tidak hidup di ruang hampa
tetapi kita berada di dunia yang penuh dengan godaan yang menggerakkan hawa
nafsu. Banyak orang Kristen yang hebat dalam pelayanan tetapi jatuh juga ke
dalam dosa seksual karena masih menyepelekan kuasa dari godaan seksual. Iblis
akan dengan senang hati membujuk dan merayu kita melakukan dosa, yang dapat
kita lakukan adalah LARI!!. Lari dari jeratan iblis, lari dari perilaku seks
yang immoral dan datang kepada Tuhan. Janganlah kita berkompromi terhadap dosa.
Jangan biarkan Iblis menaruh fantasi liar di dalam pikiran kita. Jujur di
hadapan Allah ketika kita memang lemah dalam mengendalikan nafsu. Bertobat dan
minta Tuhan menguatkan dengan komitmen yang sungguh di hadapan Tuhan. Berani
menolak dan berkata tidak untuk setiap bujukan Iblis. Seks adalah pemberian Allah yang indah,
menarik, sakral (kudus) di dalam pernikahan, namun dapat menjadi malapetaka
apabila dilakukan tidak seperti yang Allah inginkan. Berani meninggalkan pacar yang
memang tidak bisa menjaga kekudusan dalam hal berpacaran. Bagi yang sudah
menikah, janganlah menyerahkan sumber hidupmu kepada wanita atau pria
lain selain pasangan hidupmu. Janganlah mencari dan menikmati kepuasan seks di
tempat lain karena Allah telah mengaruniakan pasangan yang sepadan dengan
engkau. Peliharalah hubungan itu terus-menerus di dalam Kristus.
1 Korintus 6:18 berkata : Jauhkanlah
dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain
yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan
percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kita telah ditebus dan dibayar
lunas karena itu muliakanlah Allah dengan tubuh kita. Mari kita persembahkan
tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, yang berkenan kepada
Allah. Tidak menjadi serupa dengan dunia yang fana ini, melainkan berani beda
dengan mempunyai transformasi akal budi yang benar. Memiliki prinsip hidup yang
teguh dan self control yang ketat.
PENUTUP
Dengan menjadi kudus kita menolong orang lain untuk mencari kekudusan, hidup kita akan menjadi contoh. Hidup yang berdosa akan menuai kesengsaraan, sebaliknya kekudusan hidup akan menuai kenyamanan dan damai sejahtera meskipun di dalam mengejar kekudusan itu kita mengalami penderitaan. Semaju dan semodern apa pun era/zaman serta lingkungan pergaulan, standard kekudusan Tuhan tidak pernah berubah, Ia tetap menuntut kekudusan yang total dari kita sesuai dengan firman Tuhan.
Dengan menjadi kudus kita menolong orang lain untuk mencari kekudusan, hidup kita akan menjadi contoh. Hidup yang berdosa akan menuai kesengsaraan, sebaliknya kekudusan hidup akan menuai kenyamanan dan damai sejahtera meskipun di dalam mengejar kekudusan itu kita mengalami penderitaan. Semaju dan semodern apa pun era/zaman serta lingkungan pergaulan, standard kekudusan Tuhan tidak pernah berubah, Ia tetap menuntut kekudusan yang total dari kita sesuai dengan firman Tuhan.
Ringkasan
Khotbah dan Buletin Persekutuan Alumni Kristen Jakarta (PAKJ) Juli
Buku
Memandu Bangsa karya Samuel Tumanggor