Jumat, 03 Agustus 2012

KEKUDUSAN HIDUP




        
2    SAMUEL 11 (DAUD DAN BATSYEBA)

Daud berdosa dan melakukan kekejian di hadapan Tuhan (ay. 27) ketika dia membuat suatu konspirasi membunuh Uria secara tidak langsung untuk mendapatkan Batsyeba menjadi istrinya. Karena hawa nafsu dan keinginannya untuk memiliki Batsyeba yang sangat elok rupanya namun adalah istri Uria prajuritnya. Dosa dimulai dari keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah (Yakobus 1:14-15_Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut). Bisa kita lihat bahwa intensitas dosa Daud meningkat, mulai dari tidur dengan istri orang lain (padahal Daud sudah punya sangat banyak istri dan gundik), melakukan konspirasi untuk membunuh Uria yang adalah prajuritnya yang setia  (ay. 8-13), menyeret orang lain (Yoab, kepala pasukan) untuk berbuat dosa dengan sengaja membuat Uria di barisan terdepan dalam pertempuran yang paling hebat agar Uria mati (ay. 14). Padahal Eliam ayah Batsyeba adalah pahlawan Daud yang juga dulunya adalah prajurit yang berjuang jiwa dan raga bagi Daud, demikian Uria, adalah prajurit yang setia berjuang jiwa dan raga bagi Daud sang raja, seharusnya Daud hormat akan Eliam dan kasih akan Uria, namun Daud malah melakukan pengkhianatan terbesar (sin is just don’t care). Akibat dosa Daud menjadi sangat luas dan lama (2 Samuel 12) : Pedang tidak akan menyingkir dari keluarganya, malapetaka datang ke dalam keluarganya, istri-istrinya akan tidur dengan pria lain, dan anak hasil hubungannya dengan Batsyeba akan mati. Hal tersebut mengingatkan kita akan akibat dosa yang ada apabila kita melakukan hal yang tidak berkenan di hadapan Allah. Sekilas dari kondisi di atas kita dapat menyalahkan Daud akan kekejiannya. Pada saat itu Daud telah berusia 50 tahun (bukan pada usia yang muda lagi) dan seharusnya sudah settled kehidupan rohaninya, dan kita juga tau bahwa Daud adalah orang yang berkenan di hadapan Tuhan, trus knapa bisa begitu? Roh memang penurut tetapi daging lemah (Matius 26:41). Daud sebagai seorang raja yang diberkati Allah, yang mengalahkan musuh berlaksa-laksa ternyata lemah terhadap wanita, dan wanita itu adalah istri Uria, perwiranya sendiri. Ketika pria mengingini tubuh lain di luar tubuh istrinya, itulah bibit dari iblis. Kembali ke kita, apakah kita lebih baik dari Daud? Apakah kehidupan rohani kita jauh lebih baik dari Daud? Manusia memiliki kelemahan bahkan yang berkenan di hatiNya. Tuhan tidak malu membagikan pada kita kelemahan orangNya yang terbesar agar kita belajar dari kesalahan mereka.  Dari kisah di atas kita belajar bahwa setiap orang punya potensi berdosa, sebaik apapun pertumbuhan rohaninya, selama masih di dunia, kehidupan rohani itu never be settled, tidak ada alasan untuk sombong rohani, setiap orang punya potensi berdosa, senantiasa lah kita berjaga-jaga dan berdoa.


                   FAKTA

1.  Sony Set, penulis dan praktisi media memperkirakan terjadi peningkatan 10 kali lipat dalam sepuluh tahun sejak merebaknya kasus film pornografi buatan dalam negeri  pada tahun 2001. Ternyata pada tahun 2006 saja, ia berhasil mengumpulkan bukti bahwa jumlahnya telah 50 kali lipat! (sudah 500 lebih film pornografi amatir dibuat orang Indonesia dalam waktu 5 tahun saja seiring dengan begitu rekahnya zaman internet dan handphone berkamera, 90% nya dibuat oleh mahasiswa dan pelajar, ada yang SMP!). Kikisan moral yang hebat!
2.   Film pornografi impor sudah lama berlabuh di negeri kita. Sedikit-sedikit orang kita belajar menirunya. Kedudukan Negara canggih Amerika Serikat sebagai ‘teladan’ utama  pornografi dunia. Teknologi mereka kuasai dan manfaatkan untuk menggenangi bumi dengan kemesuman yang menjadi candu yang mematikan. Jadilah Babel modern itu pembuat dan pengekspor film pornografi nomor satu di jagat dan berhasil membuat bisnis pornografi yang ‘menggurita’di dunia. Tak heran, Ruth Graham, istri pengkhotbah AS Billy Graham, berseru : “Jika Allah tidak menghukum Amerika Serikat, Allah harus meminta maaf kepada Sodom dan Gomora”_alangkah dahsyatnya! Bangsa pendekar HAM itu sedang bersiap minum cawan murka Allah, karena melanggar HAA (Hak Asasi Allah) yang menuntut kekudusan manusia.
3.    Di tahun 1930-an, Alfred Kinsey, biolog AS, meminati perilaku seksual manusia lalu membukukan penelitian ‘ilmiah’-nya dalam Sexual Behavior in the Human Male (1953) dan Sexual Behavior in the Human Female (1953). Berkat karya ‘ilmiah’ Kinsey dan beberapa peneliti lain, Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) mencabut homoseksual dari daftar sakit mental pada tahun 1973 dan menetapkannya sebagai gaya hidup yang sah bagi masyarakat. Belum lama ini Presiden AS Barrack Obama secara terbuka mendukung pernikahan sesama jenis di AS.(OMG!!)
4.   Di Indonesia, gelombang pornografi itu juga mendapat jalur di dunia seni-budaya dan mendapat angin dari dunia ilmu pengetahuan. Taufiq Ismail, sastrawan kawakan,  meraungkan keprihatinannya  melihat banyak karya satra terkini mendobrak pintu dunia pustaka Indonesia bagi hal-hal seksual. Dalam dunia sinema, adegan ciuman  dua aktor Indonesia dalam film Arisan sebagai ‘simbol legitimasi' keberadaan kaum homoseksual yang mulai berani menampakkan diri. Juga hal-hal yang tabu dalam bagi industri film dan televisi tahun 1970-an telah menjadi tayangan wajar di tahun 2000-an. Obrolan tentang seks dan dialog semi pornografi yang terlarang di masa dulu kini menjadi santapan sehari-hari dan diperlakukan sebagai kebutuhan komunikasi atas nama kata unik dan rating. Pergeseran norma dan pandangan terhadap segala hal tentang seks yang suci diruntuhkan atas nama industri hiburan. Seks berubah menjadi ‘barang dagangan’ dan berkembang menjadi ‘mainan’. Selamat datang di era kebebasan.
5.    Di ujung timur wilayah Indonesia, di mana masyarakatnya relatif masih tertinggal dalam banyak hal, namun menurut informasi, di daerah tersebut banyak didapati penderita HIV/ AIDS dan perilaku seks bebas bukan merupakan hal yang tabu di sana. Sepertinya dapat kita simpulkan bahwa, masalah seks dan sisi-sisi yang menurut firman Tuhan bertentangan dengan kekudusan hidup yang sudah terjadi di mana-mana, mulai dari negara super modern hingga pelosok. 

APAKAH SAYA SEDANG DIDAPATI KUDUS HARI INI?

        Mari memeriksa diri dan jujur terhadap diri sendiri dan terhadap Tuhan Yesus tentunya, tidak ada gunanya kita mengatakan bahwa kita mempunyai ajaran injil yang baik jika tidak disertai dengan kehidupan yang kudus, bahkan akan membawa celaan bagi kepercayaan kita. Selama (kita) mendiami tubuh ini, (kita)  masih jauh dari Tuhan (2 Kor. 5:6). Artinya kita masih darah dan daging, ‘manusia lama’ masih selalu menguntit untuk menguasai kita, sehingga janganlah kita berlindung secara sembrono di balik jargon-jargon ‘kita umat pemenang’, ‘kita anak Raja’, ‘kita buat Iblis gemetar’ belaka. Sebaliknya kita harus senantiasa berjaga-jaga dan berdoa, karena roh memang penurut tetapi daging lemah (Mat 26:41). Sekadar ‘terima Kristus’ saja tidaklah manjur. Kita tidak bisa berpikir kalau orang sudah terima Kristus, secara otomatis Roh Kudus sendiri akan membereskan segalanya dalam hidup mereka. Nyatanya ikhtiar (daya upaya) orang tersebut juga juga dituntut Allah. Kata Paulus kepada orang yang telah lahir baru : Matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu,…(Kol 1:5). Kitalah yang disuruh berdisiplin untuk mematikan percabulan.

         Ibrani 12:14 mengingatkan kita : …kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Tentunya firman Tuhan tersebut mendorong kita untuk memeriksa diri apakah kita kudus? Apakah kita berpikir, merasa, dan berbuat seperti yang kita tau sebagaimana Kristus akan berpikir, merasa dan berbuat? 1 Yohanes 3 :3 : Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia (Kristus) yang adalah suci.

        Kita tidak hidup di ruang hampa tetapi kita berada di dunia yang penuh dengan godaan yang menggerakkan hawa nafsu. Banyak orang Kristen yang hebat dalam pelayanan tetapi jatuh juga ke dalam dosa seksual karena masih menyepelekan kuasa dari godaan seksual. Iblis akan dengan senang hati membujuk dan merayu kita melakukan dosa, yang dapat kita lakukan adalah LARI!!. Lari dari jeratan iblis, lari dari perilaku seks yang immoral dan datang kepada Tuhan. Janganlah kita berkompromi terhadap dosa. Jangan biarkan Iblis menaruh fantasi liar di dalam pikiran kita. Jujur di hadapan Allah ketika kita memang lemah dalam mengendalikan nafsu. Bertobat dan minta Tuhan menguatkan dengan komitmen yang sungguh di hadapan Tuhan. Berani menolak dan berkata tidak untuk setiap bujukan Iblis.  Seks adalah pemberian Allah yang indah, menarik, sakral (kudus) di dalam pernikahan, namun dapat menjadi malapetaka apabila dilakukan tidak seperti yang Allah inginkan. Berani meninggalkan pacar yang memang tidak bisa menjaga kekudusan dalam hal berpacaran. Bagi yang sudah menikah, janganlah menyerahkan sumber hidupmu kepada wanita atau pria lain selain pasangan hidupmu. Janganlah mencari dan menikmati kepuasan seks di tempat lain karena Allah telah mengaruniakan pasangan yang sepadan dengan engkau. Peliharalah hubungan itu terus-menerus di dalam Kristus.

          1 Korintus 6:18 berkata : Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap  dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kita telah ditebus dan dibayar lunas karena itu muliakanlah Allah dengan tubuh kita. Mari kita persembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, yang berkenan kepada Allah. Tidak menjadi serupa dengan dunia yang fana ini, melainkan berani beda dengan mempunyai transformasi akal budi yang benar. Memiliki prinsip hidup yang teguh dan self control yang ketat.

 
PENUTUP

        Dengan menjadi kudus kita menolong orang lain untuk mencari kekudusan, hidup kita akan menjadi contoh. Hidup yang berdosa akan menuai kesengsaraan, sebaliknya kekudusan hidup akan menuai kenyamanan dan damai sejahtera meskipun di dalam mengejar kekudusan itu kita mengalami penderitaan. Semaju dan semodern apa pun era/zaman serta lingkungan pergaulan, standard kekudusan Tuhan tidak pernah berubah, Ia tetap menuntut kekudusan yang total dari kita sesuai dengan firman Tuhan.



Ringkasan Khotbah dan Buletin Persekutuan Alumni Kristen Jakarta (PAKJ) Juli
Buku Memandu Bangsa karya Samuel Tumanggor



1 komentar: