Rabu, 08 Februari 2012

Mencari Pasangan Hidup


Pernyataan bahwa seseorang belum menikah karena mengaku belum menemukan pasangan yang ideal, pas dan cocok, bertentangan dengan kenyataan mengenai pasangan yang menikah. Banyak Pasutri yang mengaku bahwa pasangan mereka  sebenarnya bukanlah pasangan yang memenuhi kriteria yang mereka buat, namun pada akhirnya mereka mengaku bahwa seseorang yang 'tidak ideal' tersebut adalah orang terbaik dan yang paling tepat sebagai pendamping hidup. Mengapa hal ini mungkin? Ada dua hal yang memungkinkan hal ini : kriteria yang tepat dan perkenanan Tuhan. 

Kriteria yang 'tepat' bukanlah mengenai kriteria pasangan hidup yang 'ideal' dari semua aspek kehidupan calon pasangan, tetapi kriteria yang dibangun berdasarkan pemahaman untuk memilih nilai yang prinsipil. Setiap pasangan perlu menyadari kehidupan nyata pernikahan yaitu bahwa pernikahan bukanlah kehidupan bak dongeng, di mana sang pangeran dan sang putri akan hidup bahagia selamanya di negeri impian.
Pernikahan adalah sebuah fase kehidupan, di mana dua pribadi dengan sejarah hidup, karakter, keluarga, dan kualitas individu yang berbeda dipersatukan di dalam Tuhan. Setiap pernikahan, dengan pasangan seideal apa pun, pasti memiliki tantangannya sendiri. Di tengah hari-hari yang penuh cinta, perhatian, kemesraan, dan suasana yang menyenangkan lainnya, akan ada gesekan, pertengkaran, dan perseteruan mulai dari keputusan perlunya televisi di kamar tidur, lampu yang harus dimatikan sewaktu tidur, mengganti kaus kaki satu kali sehari, kebiasaan tidak menempatkan barang-barang pada tempatnya, hingga pertengkaran karena pemilihan pekerjaan dan prioritas aktivitas di akhir pekan. Namun jhika ditarik ke hal yang lebih mendasar, banyak penyesuaian kerap sulit dilakukan, terutama jika menyangkut soal-soal prinsip seperti cara penggunaan uang, sikap terhadap keluarga besar, mendidik anak, hingga penentuan prioritas dalam hidup.

Kisah Ishak dan Ribka dalam kitab Kejadian 24 memberikan gambaran pemilihan pasangan hidup berdasarkan kriteria yang tepat, yaitu kriteria yang dibangun berdasarkan pemahaman untuk memilih nilai yang prinsipil. Kisah ini juga menggambarkan bagaimana pemilihan pasangan hidup tersebut menentukan kehidupan selanjutnya. Dari kasih Ishak dan Ribka, lahirlah Yakub dan dari Yakub lahirlah 12 suku Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Mencari dan Bukan Menunggu
Mendapatkan pasangan hidup bagi Ishak dilakukan dengan pencarian dengan cara yang sangat aktif, bukan dengan cara menunggu. Perlu dipahami bahwa cara-cara pencarian pasangan melalui perjodohan pada masa itu adalah cara yang biasa dan diterima secara kultural bagi masyarakat Yahudi. Terlebih khusus bagi Abraham sebagai bapak orang Israel yang sedang hidup di Kanaan dan dikelilingi orang-orang yang tidak percaya TUHAN. Sehingga ketika Abraham memerintahkan hambanya mencari pasangan bagi Ishak, patut dilihat sebagai upaya uang setara jika Ishak sendiri yang mencari pasangan hidupnya.

Pelaksanaan pencarian pasangan hidup bagi Ishak, dilakukan di saat yang tepat, yaitu ketika Ishak dipersiapkan menjadi penerus Abraham yang pada saat itu telah tua dan lanjut umur dan telah mapan dalam arti telah menempati tanah perjanjian dan diberkati Tuhan. Abraham meyakini bahwa Allah akan menggenapi janjiNya kepada Ishak sebagai keturunan Abraham, dan atas janji tersebut Abraham memasukkan Ishak dalam konstruksi ketaatannya kepada Allah, untuk membentuk suatu umat pilihan Allah. Sehingga menjadi sangat penting untuk mencari dengan saksama pasangan yang tepat bagi Ishak, mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang besar sebagai ahli waris Abraham.

Menemukan pasangan hidup yang seiman, lebih dalam dariada sekadar seagama, sama seperti Abraham yang tidak ingin Ishak menikah dengan perempuan Kanaan yang bukan hanya tidak percaya kepada TUHAN, namun juga tidak memiliki visi tanah perjanjian dan umat pilihan. Pasangan yang seiman berarti orang dengan visi yang sama dan keinginan yang sama untuk memenuhi visi tersebut. Jadi, kesamaan visi adalah yang terpenting dalam menentukan segala kriteria ideal. Orang yang memiliki visi yang jelas, akan berusaha sekuat tenaga untuk memperlengkapi dirinya dengan atribut yang diperlukan dalam penggenapan visi tersebut.

Mencari di Tempat yang Tepat dan dengan Cara yang Tepat
Sikap hamba Abrahama juga sepatutnya menjadi sikap kita dalam mencari pasangan hidup. Ia memintapetunujuk Allah, mengamat-amati si calon pasangan dan memastikan bahwa ia mencari di tempat yang tepat. Hamba Braham, bukan hanya 'wait and see'dalam meminta petunjuk Allah, tetapi ia secara aktif mencari pasangan bagi Ishak. Perhatikan bahwa ia mempersiapkan harta, simbol kesiapan, untuk diberikan kepada si calon mempelai yang akan ditemuinya kelak. Ia juga pergi menuju Kota Nahor, tempat yang tepat untuk mencari seorang perempuan sebangsa yang pada waktu itu berarti setara karena memiliki iman yang sama dan visi yang sama tentang tanah perjanjian dan umat pilihan. Ia secara sengaja mencari pasangan hidup bagi Ishak di tempat yang tepat dan Ia berhenti untuk fokus kepada pancariannya ketika Ia telah tiba di tempat tersebut.

Usaha para mahasiswa dan alumni untuk mencari pasangan hidup di lingkungan kampus atau persekutuan sangat disarankan. Pelayanan bersama atau momen kebersamaan yang kontinyu dapat menguji kualitas pribadi seseorang. Memiliki pengalaman bersama ketika jatuh bangun dalam pelayanan di tengah-tengah kesibukan pekerjaan, studi, dan permasalahan dalam keluarga. Tempat yang tepat bisa di gereja, persekutuan alumni, pelayanan sosial, kelompok diskusi, atau forum lainnya, di mana ada waktu cukup untuk kebersamaan dalam mengerjakan sesuatu yang bermakna.

Jalan yang Terbuka adalah Konfirmasi Allah
Selain dengan firmanNya, Allah kerap memberikan petunjuk kepada kita melaui jalan yang terbuka. Konfirmasi Allah kepada hamba Abraham diberikan bukan hanya dengan mempertemukan hamba tersebut dengan Ribka ketika hamba tersebut telah tiba di kota tujuan, tetapi jugasikap terbuka keluarga Ribka menerima lamaran hamba tersebut, ketertarikan antara Ribka dan Ishak, dan kesediaan Ribka menerima lamaran tersebut. Setelah tiba di tempat yang tepat dan menemukan orang dengan kriteria tepat, konfirmasi Allah juga diberikan dengan menggerakakan hati Ishak dan Ribka sehingga mereka saling tertarik satu sama lain. (Kej 24 :67)

Beberapa teman kerap berada pada dua kutub yang ekstrim. Pertama, mengutamakan kesamaan visi dan mengenyampingkan ketertarikan satu dengan yang lain. Mereka meyakini bahwa seorang laki-laki/perempuan ialah ialah pasanganya, karena ada visi yang sam, namun tidak mempertimbangkan faktor lainnya yaitu bahwa laki-laki/perempuan tersebut juga tertarik padanya. Pasangan hidup lebih dari sekadar teman PA, teman persekutuan, tetapi juga teman hidup yng mampu membangkitkan perhatian, ketertarikan dan cinta yang mampu membuat kita memberi diri untuk kebaikannya. Ekstrim yang kedua adalah perasaan cinta yang menggebu-gebu, ketertarikan yang kuat dan perhatian yang membuat dirinya begitu dicintai, tanpa mempertimbangkan adanya kesamaan visi. Perasaan-perasaan demikian biusa sewaktu-waktu hilang ketika menghadapi tantangan hidup yang membutuhkan kekuatan karakter, perjuangan bersama, iman dan nilai-nilai yang mampu menopang kita dalam kekalutan menghadapi masalah. Kesemuanya perlu ada dalam pernikahan : kesamaan visi, cinta dan ketertarikan satu sama lain. Kita dan pasangan kita akan menjadi rekan (partner) sekaligus kekasih (lover) seumur hidup.

Persetujuan orang tua adalah hal yang prinsip, mengingat sejumlah masalah dantantangan akan muncul jika orang tua tidak setuju. Apalagi di tengah masyarakat Batak dengan keterikatan keluarga besar yang sangat kuat, persetujuan orang tua merupakan syarat utama kelancaran perencanaan pernikahan dan keharmonisan relasi antara dua keluarga. Sehingga ada kakak alumni  yang rela menunggu hingga kedua orang tua benar-benar setuju untuk mereka menikah. Bagi mereka, penundaan pernikahan sebanyak tiga kali tidak serta merta dianggap sebagai ketidaksetujuan Allah akan hubungan tersebut, tetapi merupakan kesempatan untuk menguji kesetiaan dan kesabaran.

Pasangan Ideal adalah Proses Seumur Hidup
Pernikahan ialah ikatan seumur hidup. Kita dan calon pasangan hidup kita haruslah orang-orang yang memiliki visi yang jelas mengenai kehidupan setelah menikah. Laki-laki dan perempuan yang ada di sekitar kita mungkin bukan orang yang ideal dan memenuhi kriteria kita. Namun jika mereka ialah orang yang mencintai Tuhan, memiliki visi yang sama dengan kita, berilah kesempatan untuknya dan diri kita sendiri untuk pengenalan lebih jauh. Luangkan lebih banyak waktu untuk bersama, bertukar pikiran, menjalankan pelayanan bersama, dan birakna ketertarikan dan cinta tumbuh secara alami dalam pengalaman keseharian yang wajar namun mendalam.

Menjadi pasangan yang ideal ialah proses seumur hidup sama halnya dengan pernikahan itu sendiri. Pada akhirnya dalam pernikahan nanti, yang dibutuhkan ialah upaya untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi suami/istri kita kelak seperti diri kita sendiri. Cinta kasih, karakter, kecocokan dan ke-ideal-an lainnya akan mengikut hal-hal tersebut. Tentu saja di dalam perkenanan dan anugerah Allah.


----disadur dengan perubahan dari Sharing Alumni di Buletin PAKJ Februari  2012





Tidak ada komentar:

Posting Komentar